KARIKATURAL PAKAIAN

Oleh: Dendi Madiya


Sang Raja disoraki beramai-ramai oleh rakyatnya. Raja sudah gila, teriak rakyat. Raja telanjang di depan umum. Padahal Raja memakai kostum rancangan desainer asal Amerika yang menjuarai lomba baju baru Sang Raja. Ah, Raja tertipu. Kostum itu sebenarnya tidak ada. Kostum itu hanya bisa dilihat oleh orang-orang terdekat di sekitar Sang Raja: isterinya dan para menteri. Sementara rakyat yang sering dieksploitasi, tidak bisa melihatnya, alias Sang Raja bugil di mata mereka. Raja pun digulingkan dari kekuasaan karena dianggap tidak waras. Sebuah kudeta dengan modus penipuan telah terjadi.

Itulah penggalan adegan menjelang akhir dari pentas Teater Sastra - UI Baju Baru Sang Raja, karya/sutradara I. Yudhi Soenarto, 25-27 November 2011, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.  

Pertunjukan berdurasi kurang lebih 4 jam dengan jeda istirahat selama 15 menit itu, pada akhirnya seperti mengedepankan pakaian sebagai kepalsuan hidup manusia. Sesuatu yang berada di luar, bukan kedalaman, bukan esensi, tetapi diperlihatkan kemana-mana dengan bangga, sehingga menjadi palsulah ia yang mengenakannya. Kesemuan belaka.

Diceritakan, para aktivis yang sibuk merencanakan demonstrasi atas nama membela kepentingan rakyat, ternyata juga boneka kekuasaan dari tokoh menteri Pertahanan yang sudah lama mengincar kursi Sang Raja. Dan, Sang Raja tak lebih dari sosok hedonis yang dikelilingi pribadi-pribadi yang busuk pula. Hanya mengutamakan urusan diri masing-masing, di balik retorika bekerja untuk rakyat.   

Permainan para aktor Teater Sastra - UI yang mencoba  menghadirkan tubuh-tubuh karikatural memang masih bisa ditingkatkan lebih tajam lagi. Dialog-dialog yang diucapkan dengan ritme yang cenderung cepat oleh hampir semua tokoh, di beberapa bagian justru mengaburkan artikulasi kata.  

Pertunjukan ini memiliki latar belakang panggung yang berubah-ubah, berupa potongan slide karikatural ruang dimana cerita berlangsung. Sayang sekali, kesan yang disugestikan oleh potongan slide itu, tidak terasa menyatu dengan set panggung yang hanya disusun dari beberapa bidang level dengan kursi-meja yang tidak cukup membangun suasana komikal. Tata musik yang sebenarnya berpotensi besar untuk turut menciptakan atmosfir kartun, juga tidak muncul.

Ending-pun terasa begitu mendadak. Susunan tangga dramatik tidak begitu tertata dengan baik. Sehingga keseluruhan pentas lebih dipadati oleh susunan dialog demi dialog tanpa perkembangan plot cerita yang sistematis.

Pakaian memang bisa menjadi bagian karikatural manusia. Jika kita mengenakan pakaian raja, tetapi tingkah polah kita bertolak belakang dengan layaknya seorang raja yang agung nan bijak, maka tak ubahnya kita seperti tokoh film kartun semata.* 


PEMAIN : Yoga Mohammad (Raja), Agrita Widiasari (Ratu), Rahadian Adetya (Wijaya), Mulyadi Iskandar (Perdana Menteri), Maftuh Ihsan (Menteri Pertahanan), Nosa Normanda (Bruce Wong), Tommy F. Awuy (Penasihat Kerajaan).* (DM)  

Comments